Pages

Selasa, 18 Oktober 2011

sejarah bakteri

1. Sejarah Bakteri


Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.
Bakteri merupakan organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai hal tentang bakteri telah berhasil ditelusuri.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti "batang-batang kecil".[13] Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13]Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]
Robert Hooke (1635-1703), seorang ahli matematika dan sejarahwan berkebangsaan Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang berisi hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke masih belum dapat menumukan struktur bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]
Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop masih sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, ia membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat baik untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek berhasil menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya.[13] Sejak saat itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai berkembang.[13]
Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berkebangsaan Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada kelompok bakteri ini mengarahkannya pada penemuan kelompok bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga berhasil menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, ia juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa metode untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas sebagai penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Metode ini kemudian digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]
Robert Koch (1843-1910), seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, banyak melakukan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak.[14] Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga merupakan orang pertama yang berhasil mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Berdasarkan dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch berhasil membuat Postulat Koch, sebuah teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik.[13] Beliau juga berhasil menemukan metode untuk mendapatkan isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan lainnya adalah penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awalnya ia menggunakan potongan kentang dan kemudian dikembangkan dengan menggunakan nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin masih memiliki banyak kekurangan yang pada akhirnya penggunaanya digantikan dengan agar (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga bekerja bersama Robert Koch.[13]

READ MOREsejarah bakteri

Sabtu, 15 Oktober 2011

tentang

Rajin Makan Sayur Tekan Risiko Kena Sakit Jantung

KOMPAS.com — Faktor genetik menjadi salah satu faktor risiko dalam beberapa penyakit, termasuk penyakit jantung. Dengan kata lain, jika seseorang memiliki riwayat ada anggota keluarganya yang pernah menderita sakit jantung maka ia juga berisiko menderita penyakit yang sama.
Namun, faktor risiko akibat garis keturunan itu bisa dikurangi dengan menjalankan gaya hidup yang sehat. Sebuah riset terbaru yang dipimpin oleh ilmuwan asal Universitas McMaster and McGill menemukan, gen penanda terkuat untuk penyakit jantung sebenarnya dapat dimodifikasi dengan mengonsumsi banyak buah dan sayuran mentah.
"Kita tahu bahwa varian genetik 9p21 meningkatkan risiko penyakit jantung bagi mereka yang membawanya. Ini adalah temuan yang mengejutkan bahwa diet yang sehat secara signifikan dapat melemahkan pengaruhnya," kata Dr Jamie Engert, peneliti utama penyakit kardiovaskular di Research Institute of the McGill University Health Centre (RI-MUHC), sekaligus anggota asosiasi di Departemen Genetika Manusia di McGill University.
Ini merupakan salah satu penelitian terbesar yang mengamati hubungan antara gen dan interaksi diet pada penyakit jantung, yang melibatkan lebih dari 27.000 orang dari lima etnis—Eropa, Asia Selatan, China, Amerika Latin, dan Arab—dan melihat pengaruh diet pada efek gen 9p21.
Hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal PLoS Medicine menunjukkan bahwa individu dengan genotipe risiko tinggi yang mengonsumsi makanan sehat—terdiri dari sayuran mentah dan buah-buahan, risiko mereka untuk terkena serangan jantung sama dengan orang yang genotipe risiko rendah.
"Hasil penelitian ini mendukung rekomendasi yang ada selama ini untuk mengonsumsi lebih dari lima porsi buah atau sayuran sebagai cara untuk mempromosikan kesehatan yang baik," kata Sonia Anand, seorang peneliti di Population Health Research Institute dan juga profesor medicine and epidemiology di Michael G DeGroote School of Medicine di University McMaster.
READ MOREtentang
Sistm sirkulasi memiliki 3 komponen:
  1. Jantung yang berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah agar timbul gradien dan darah dapat mengalir ke seluruh tubuh
  2. Pembuluh darah yang berfungsi sebagai saluran untuk mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung
  3. Darah yang berfungsi sebagai medium transportasi dimana darah akan membawa oksigen dan nutrisi
  4. Perjalanan Darah dalam Sistim Sirkulasi
    Jantung berfungsi sebagai pompa ganda. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang miskin akan oksigen tersebut mengalir dari atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
     
READ MORE